Inspirasi Cerita Giza dari Adik Tercinta
Written By Unknown on Minggu, 20 Juli 2014 | 22.04
Jakarta (Dikdas): Cemburu tak hanya dominasi remaja, orang dewasa, dan orang tua. Anak kecil pun bisa merasakannya. Itulah yang dialami Sasa, gadis kecil yang merasa perhatian ayah-ibunya terampas oleh kehadiran seorang adik tak normal. Faza, adik bungsu yang lahir prematur dan menderita Celebral Palsy—penyakit yang menyerang otak dan mengakibatkan penderitanya mengalami gangguan fungsi tubuh seperti tak bisa bicara, melihat, duduk, dan jalan—menumbuhkan tunas kebencian di hatinya dan terus memekar.
Kebencian itu memuncak ketika Faza mengunyah habis piagam penghargaan yang baru saja diterima Sasa. Dicubitnya pipi gempal Faza hingga memerah. Tangis Faza meledak. Keesokan paginya, Faza panas tinggi dan kejang kemudian dibawa ke rumah sakit oleh ayah-ibunya.
Penyesalan menyelimuti benak Sasa. Ia merasa bersalah dan berpikir bahwa ulahnya kemarin sore mengakibatkan Faza sakit. Usai salat subuh ia mendoakan keselamatan adiknya. Di sekolah, puisi tugas guru didedikasikan kepada adiknya. Begini bunyinya:
Andai sanggup kuuntai air mata
kan kurajut menjadi selimut hangat
dengan balutan kasih yang kan menutupi tubuh mungilmu
Andai kumampu
memberi warna pada harimu yang tak bermimpi
hingga luka satu-satu pergi
dan aku bebas memelukmu
dengan hujan tangis yang memburu
Adikku, bersabarlah karena Tuhan punya rencana
di balik ketaksempurnaan tubuhmu
yakinlah aku akan menerimamu tanpa ragu
Puisi itu dapat nilai 90 dari Bu Guru. Dibawanya puisi itu ke rumah sakit dan dibacakan di hadapan Faza sebagai ungkapan syukur karena adik tersayangnya selamat dari masa kritis.
Cerita pendek ini karya Giza Arifkha Putri, siswi SD Negeri Bintoro 5, Demak, Jawa Tengah. Idenya diambil dari kisah nyata yang dialami keluarganya: Faza memang adiknya dan menderita cereblal palsy.
Faza menjadi inspirasi utama tulisan-tulisan Giza yang masih berupa puisi. “Cerita aku itu semua tentang adik. Kalau tidak ada adik, aku tidak bisa menulis cerita sebagus itu,” ujarnya usai menerima penghargaan sebagai juara I Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) di Bogor, Jawa Barat, Kamis, 14 November 2013. LMCA merupakan lomba menulis cerita yang ditujukan kepada siswa-siswi sekolah dasar se-Indonesia. Lomba tahunan ini diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (Baca: Ditjen Dikdas Kembali Gelar Lomba Menulis Cerita)
Puisi Arti Kehadiranmu sebagaimana tertera di atas, atas saran ibunya, digubah menjadi cerpen untuk diikutkan dalam LMCA 2013. Butuh waktu seminggu untuk menyelesaikan cerpen berjudul Seuntai Puisi untuk Adikku. Dewan Juri yang diketuai penyair Taufiq Ismail mengganjarnya sebagai juara I.
Dari cerpen itu, Giza mengajak pembaca untuk menyayangi adik. “Walaupun adik selemah apapun, kita harus tetap menyayangi adik. Adik berharga bagi kita,” ucapnya.
Cerpen itu termuat dalam buku antologi cerpen bertajuk Seuntai Puisi untuk Adikku yang diterbitkan oleh Ditjen Dikdas Kemdikbud pada Februari 2014. Dalam buku setebal 124 halaman itu, cerpen Giza berdampingan dengan 12 cerpen lain yang merupakan finalis LMCA 2013. Ke-12 penulis cerpen itu yakni Najma Alya Jasmine, Jasmine Dejand Fathmarena, Theresna Zahra Sembiring, Zulfa Rahmida, Adisty Zalfa Dwiputri, Queen Aura, Aflaha Setyaningrum, Dionisius Setyo Wibowo, Aldira Roudlotul Jannah Basuki, Anissa Fidelia, Zarilham Nurrahman, dan Sonia Sulistyowati.
Pada kalimat akhir Kata Pengantar buku tersebut, Taufiq Ismail menyebut anak-anak yang menulis akan menjadi pencerah dan pemberi cahaya peradaban negeri ini. “Mereka, para pencerah dan penyinar cahaya negeri yang membaca, membaca, membaca dan menulis, menulis, menulis,” tulisnya.* (Billy Antoro)
Dipublikasikan oleh Billy Antoro pada Rabu, 2 Juli 2014
Sumber: dikdas.kemdikbud
Label:
diary
Posting Komentar