Menurut Ahlussunnah wal Jama’ah Oleh : Tgk Alizar Usman, S.Ag, M. Hum
A. Akidah Ahlussunnah wal Jama’ah
Ahlussunnah wal Jama’ah merupakan nama akidah yang disemat kepada kelompok yang haq, yang mengikuti al-Qur’an dan al-Sunnah sesuai dengan pemahaman para sahabat Nabi SAW dan para salaful saleh. Kelompok ini merupakan kelompok terbesar di kalangan umat Islam. Rumusan mengenai akidah Ahlussunnah wal Jama’ah ini dibahas dalam ilmu akidah. Ilmu akidah disebut juga dengan ushuluddin, yaitu pokok-pokok agama seperti kepercayaan yang menyangkut dengan ketuhanan (ilahiyyat), kepercayaan yang menyangkut dengan kenabian (nubuwwat) dan kepercayaan yang menyangkut dengan hal-hal yang ghaib seperti mengenai hari akhirat, surga, neraka dan lain-lain.
Perkataan “Ahlusunnah wal Jama’ah” tersusun dari tiga kata, yaitu :
1. Ahl, yang berarti keluarga, pengikut atau golongan
2. Al-Sunnah, yang berarti jalan dan prilaku. Secara istilah, berarti jalan yang ditempuh oleh Rasulullah SAW dan para sahabatnya.
3. Al-Jama’ah, yang berarti kelompok mayoritas
Dalam Ushuluddin, istilah Ahlusunnah wal Jama’ah berarti aliran yang dianut oleh kelompok mayoritas umat Islam dengan mengikuti jalan-jalan yang ditempuh oleh Rasulullah SAW dan para sahabatnya. Ini sesuai dengan hadits Nabi SAW berbunyi :
تفترق أمتي على ثلاث وسبعين ملة كلهم في النار إلا ملة واحدة فقالوا من هي يا رسول الله قال ما أنا عليه وأصحابي
Artinya : Umatku terpecah menjadi tujuh puluh tiga golongan, semuanya masuk dalam neraka kecuali satu golongan. Mereka mengatakan, “Siapakah yang satu golongan itu, Ya Rasulullah?”, Rasulullah SAW bersabda : “yang satu golongan itu adalah orang yang berpedoman sebagaimana pedomanku dan para sahabatku.” (H.R. Turmidzi).
Zainuddin al-Iraqi menjelaskan, hadits di atas telah diriwayat oleh Turmidzi dengan kualiatas hasan dan dalam riwayat Abu Daud dari hadits Mu’awiyah dan Ibnu Majah dari hadits Anas dan Auf bin Malik : “Yang satu itu adalah al-jama’ah” dengan sanadnya bernilai jaid (baik).[1]
Dalam perkembangan sejarah perjalanan pemahaman umat terhadap agamanya dalam bidang akidah, kelompok Ahlusunnah wal Jama’ah sebagaimana dijelaskan oleh Ibnu Subki, terbagi dalam tiga golongan, yaitu :
1. Ahli Hadits, pegangan mereka adalah dalil al-sam’iyah, yakni al-Kitab, al-Sunnah dan ijmak
2. Ahli al-Nadhar al-Aqliyah, kelompok ini sepakat menggunakan akal dalam hal-hal dimana al-sam’iyah membutuhkan al-nadhar al-aqliyah padanya dan menggunakan dalil al-sam’iyah pada hal-hal dimana akal hanya mampu menetapkan jawaz (berkemungkinan) saja serta sepakat menggunakan al-aqliyah dan al-sam’iyah dalam masalah lainnya. Imam dari golongan ini adalah Imam al-Asy’ari dan al-Maturidy
3. Ahli Wajdan dan Kasyaf, mereka ini adalah para ahli sufi. Pegangan mereka ini adalah al-nadhar dan hadits pada al-bidayah (awal perjalanan rohaninya) dan kasyaf dan ilham pada al-nihayah (puncak perjalanan rohaninya)[2]
Golongan sufi, sebagaimana dijelaskan oleh Ibnu Subki di atas, meskipun dalam hal-hal tertentu berpegang dengan ksyaf dan ilham, namun tetap merujuk kepada al-Qur’an, al-Sunnah dan ijmak. Sehingga seandainya kasyaf dan ilhamnya itu bertentangan dengan al-Qur’an, al-Sunnah dan ijmak, maka kasyaf dan ilham tersebut tidak dapat diterima, karena tidak ada jaminan kasyaf dan ilham tersebut bukan datang dari bisikan syaithan. Karena itu, Zakariya al-Anshari mengatakan dalam kitab ushul fiqh karya beliau, Ghayatul Wushul :
“Ilham yang terjadi pada manusia
yang tidak ma’shum tidak dapat dijadikan sebagai hujjah, karena tidak aman dari
tipu daya syaithan” [3]
B. Kriteria-Kriteria Aliran Sesat
Akidah yang benar yang dianut umat Islam di Aceh adalah akidah berdasarkan i’tiqad Ahlussunnah wal Jama’ah. Ini secara tegas dapat diperhatikan dalam salah satu kriteria-kriteria aliran sesat yang dikeluarkan oleh MPU Aceh, yaitu Fatwa MPU Nanggroe Aceh Darussalam No. 04 Tahun 2007 tentang Pedoman Identifikasi Aliran Sesat, Bab IV, point ketiga, berbunyi :
“Meyakini
atau mengikuti aqidah yang tidak sesuai dengan I’tiqad Ahlus-Sunnah waljama’ah.
Berdasarkan point ketiga dari Bab IV dari fatwa MPU Aceh NO.
04 Tahun 2007 tersebut dapat dipahami bahwa suatu aliran yang bertentangan
dengan akidah Ahlus-Sunnah waljama’ah dinyatakan sebagai aliran yang sesat di
Aceh. Berikut ini kriteria-kriteria aliran sesat menurut fatwa MPU Aceh NO. 04
Tahun 2007 sebagai berikut :
1.
Mengingkari salah satu dari rukun iman yang 6 (enam), yaitu beriman kepada
Allah, kepada Malaikat-Nya, kepada Kitab-kitab-Nya, kepada Rasul-rasul-Nya,
kepada hari akhirat dan kepada Qadha dan Qadar dari-Nya.
2. Mengingkari salah satu dari rukun Islam yang 5 (lima), yaitu
Mengucap dua kalimah syahadat, menunaikan shalat, mengeluarkan zakat, berpuasa
pada bulan Ramadhan dan menunaikan ibadah haji.
3. Meyakini atau mengikuti aqidah yang tidak sesuai dengan I’tiqad
Ahlus-Sunnah waljama’ah.
4. Meyakini turunnya wahyu setelah Al-Qur’an.
5. Mengingkari kemurnian dan atau kebenaran Al-Qur’an.
6. Melakukan penafsiran Al-Qur’an tidak berdasarkan kaidah-kaidah
tafsir.
7. Mengingkari kedudukan hadits Nabi sebagai sumber ajaran Islam.
8.Melakukan pensyarahan terhadap hadits tidak berdasarkan
kaidah-kaidah ilmu mushthalah hadits.
9. Menghina dan atau melecehkan para Nabi dan Rasul Allah.
10. Mengingkari Nabi Muhammad SAW sebagai Nabi dan Rasul terakhir.
11. Menghina dan atau melecehkan para sahabat Nabi Muhammad SAW.
12. Merubah, menambah dan atau mengurangi pokok-pokok ibadah yang
telah ditetapkan oleh syaria’at, seperti berhaji tidak ke Baitullah, shalat
fardhu tidak 5 waktu dan sebagainya.
13.Mengkafirkan sesama muslim tanpa dalil syar’i yang sah, seperti
mengkafirkan muslim hanya karena bukan anggota kelompoknya
MPU
Aceh dalam fatwanya No. 08 Tahun 2012 menyebutkan beberapa pemahaman agama yang
dihukum sesat dan menyesatkan dan bahkan sebagiannya dapat menjadi murtad,
yaitu :
1. Pemahaman
bahwa Haji tidak wajib bagi orang biasa dan dapat ditunaikan oleh ‘Abid dengan
ruh saja tanpa jasad;
2. Pemahaman Shalat menurut tingkatan (Adanya shalat Abid yang
tidak memerlukan syarat, rukun, wudhu` dan kaifiyat tertentu);
3. Pemahaman seorang Abid dapat melihat dan sudah pergi ke 50 alam
termasuk alam ghaib; pergi dan melihat neraka, surga, dan alam kubur;
4. Pemahaman seorang Abid mempunyai pasukan malaikat dan
menguasainya serta dapat memerintahkannya;
5. Pemahaman boleh makan dan minum di siang Ramadhan dengan niat
tidak buka puasa dan tidak didepan umum;
6. Pemahaman boleh berjima` di siang Ramadhan dalam keadaan
berpuasa;
7. Pemahaman Dalam belajar wajib tidak bertanya;
8. Pemahaman bahwa Shalat Jumat tidak wajib;
9. Pemahaman bahwa shalat yang wajib hanyalah Maghrib, Isya dan
Shubuh. Sedangkan dhuhur dan Ashar boleh dilakukan atau tidak;
10. Pemahaman bahwa ada shalat yang tidak sama dengan shalat
Rasulullah saw;
11. Pemahaman bahwa Ka`bah bukan kiblat didalam shalat tetapi
Al-Quran yang menjadi kiblat Shalat;
12. Pemahaman bahwa Zakat tidak wajib;
13. Pemahaman bahwa Puasa Ramadhan tidak wajib;
14. Pemahaman bahwa Nabi Muhammad adalah Nabi Syariat bukan Nabi
Hakikat;
15. Pemahaman bahwa tatacara adab kepada Syeikh/Guru sebagai
berikut:
a.
Fana` wujudnya dalam wujud gurunya;
b.
Yakin kepada guru lahir dan bathin,
awal dan akhir apapun yang terjadi;
c.
Tidak boleh beramal tanpa izin dari
guru baik shulok atau zikir lainnya karena tidak akan sampai kepada Allah;
d.
Tidak boleh mengambil keputusan
sendiri tetapi harus dengan persetujuan guru walaupun gurunya menyalahi dalam
ilmu syariat karena ilmunya diatas ketentuan Qudrah dan Af`al Allah;
e.
Tidak boleh bertanya kepada guru
walaupun menyalahi syariat;
f.
Wajib menghormati guru dan ahli
familinya walaupun menyalahi syariat;
g.
Pasrahkan hidup atas ketentuan
Allah, Rasul-Nya dan gurunya;
h.
Wajib menyerahkan diri kepada guru,
lahir dan bathin, awal dan akhir, jasadnya, rohnya dan nyawanya dalam ketentuan
syeikh atau gurunya;
16. Pernyataan
bahwa tinggalkan Iman diluar ruangan diskusi;
17. Pernyataan
bahwa Ijma` bukan Hujjah Syar`iyyah;
18. Pernyataan bahwa Nabi Muhammad di dalam Gua Hira selama 40 hari
bersama Allah Ta`ala;
19.Pernyataan bahwa pelopor Ahlussunnah wal Jamaah yaitu Imam
Al-Asy`ari dan Imam Maturidi adalah musuh sunnah;
20. Pernyataan
bahwa Al-Quran itu tidak benar karena buatan manusia.
Dalam
Fatwa MPU Aceh No. 06 Tahun 2009 dijelaskan beberapa masalah akidah sekaligus
status hukumnya, yaitu sebagai berikut :
1.
Ungkapan
“Manusia berasal dari Allah” dengan mengunakan dalil (Al-Baqarah : 156 :
إنا لله وإنا إليه راجعون
Pengertian manusia
berasal dari Allah manusia merupakan limpahan dari zat Allah, Pen.)
Hukum : sesat dan menyesatkan
2.
Ungkapan
; “Beritikat ada wujud diri dosa”.
Hukum : Sesat
menyesatkan
Ungkapan
tersebut tidak memiliki rujukan baik al-Qur‟an,
al-Hadist, ijmak dan qias. Ungkapan ahli sufi “wujuduka zanbon” yang artinya :
ada kamu itu dosa, hanya boleh untuk kalangan mereka sendiri dan tidak boleh
disampaikan kepada orang awam karena bisa disalah tafsirkan .
3.
Ajaran
tentang shalat terdiri atas 4 (empat) unsur, yaitu: Berdiri adalah api; ruku‟ adalah angin; sujud adalah air dan duduk adalah tanah.
Hukum : (Tidak benar) Sesat dan menyesatkan
4.
Ajaran
tentang “Mengenal Tuhan baru dianggap sah dengan cara memfanakan wujud dan
sifat”.
Hukum
: sesat dan menyesatkan
5.
Pengertian
لا اله
الا الله
“Tiada maujud pada hakikat kecuali Allah”.
Hukum : Salah kalau disampaikan pada orang awam.
6.
Ungkapan
“Kamu adalah saya, saya adalah kamu, kamu bahagian dari saya, saya bahagian
dari kamu”.
Hukum : Sesat menyesatkan
7.
Ungkapan
“Shalat tidak akan diterima Allah apabila kita mengatakan bahwa: yang melakukan
shalat itu adalah kita sendiri, Maka itu adalah syirik, dan bila kita
mengatakan tuhan yang sembahyang adalah murtad”
Hukum : sesat dan menyesatkan
8.
Orang
yang mengatakan, Tuhan yang sembahyang.
Hukum
: sesat dan menyesatkan
9.
Uraian
kalimat الله
: alif artinya: zat, lam pertama artinya: sifat, lam kedua artinya: asma, dan
ha artinya: af’al,
Hukum : tidak memiliki dalil dan sumber yang jelas
10.
Ajaran
yang menyebutkan, bahwa “Muhammad adalah sifat Allah, dan bukan manusia.
Hukum
: sesat dan menyesatkan dan menjurus kepada syirik
11. Ungkapan “Ada Nabi setelah Nabi Muhammad”
Hukum : sesat dan
menyesatkan
12.
Ungkapan
” Orang yang tidak mengenal Tuhan, tidak wajib shalat”
Hukum : sesat dan
menyesatkan serta dapat membawa kepada keingkaran terhadap kewajiban shalat,
sehingga dapat termasuk ke dalam kekufuran.
13.
Ungkapan
”Orang yang mati malam Jum’at, atau waktu yang mulia atau tempat yang mulia,
tidak ada perbedaan dengan meninggal pada waktu dan tempat yang lainnya”
Hukum : Sesat dan menyesatkan
14.
Titi
Sirathal Mustaqim tidak ada.
Hukum : Sesat dan menyesatkan
15. Beribadah dengan mengharapkan pahala, adalah syirik.
Hukum : Sesat dan menyesatkan
16. Mentauhidkan orang supaya keramat.
Hukum : Sesat dan Menyesatkan
17. Mikraj Nabi Muhammad bukan tubuh Nabi, tetapi ilmu pada hakikat.
Hukum : Sesat dan Menyesatkan
Demikian
makalah ini kami sampaikan, mudah-mudahan bermanfa’at, Amin !
Sumber artikel: Kitab Kuneng
Posting Komentar